Tafsir Jawa Eksposisi Nalar Shufi-Isyari Kiai Soleh Darat

Rp75.000

Kategori:

BUDAYAKAN MEMBACA SEBELUM MELAKUKAN PEMBELIAN

> Produk Ready Stock

> Langsung dari penulisnya

> Gratis tandatangan serta doa dari Prof. Dr. H. Abdul Mustaqim M.A

> Distributor resmi langsung dari Pon. Pes. LSQ AR-ROHMAH (Pengasuh Prof. Dr.H. Abdul Mustaqim).

> Masih banyak karya2 Prof.Dr.H. Abdul Mustaqim yang terserdia. Silahkan ditanyakan dan diorder.

NB : Silahkan cek produk dari kami bila ada yang ingin ditanyakan bisa chat toko , semoga sangat membantu

Deskripsi

Tafsir Jawa: Eksposisi Nalar Shufi-Isyari Kiai Soleh Darat

Kajian atas Suratal-Fatihahdalam Kitab Faidl al-Rahman

Kitab Faidl al-Rahman merupakan salah satu karya dari Kiai Sholeh Darat, tokoh besar ulama Nusantara abad 19 M. Tafsir

ini, unik dan berbeda dengan tafsir-tafsir yang berkembang di Nusantara. Jika selama ini produk tafsir Nusantara didominasi nalar bayni, maka tafsir ini menawarkan corak kajian sufistik dengan nalar irfani. Melalui corak tafsir shufi-isyri, kitab Tafsir ini menawarkan model resepsi hermeneutis yang mengkombinasikan antara penggalian makna zhhir dan makna isyri secara sinergis dan harmonis.

Keistimewaan lain dari Tafsir Faidl al-Rahmn ini ditulis dengan huruf Arab-Pegon. Makna simbolis dari Arab-Pegon ini, selain dapat disebut sebagai bentuk ‘apropriasi kultural’ Arab dan Jawa, juga sebagai simbol sikap anti kolonialisme Belanda. Disamping itu, Arab-pegon juga sebagai alat untuk transmisi dan transformasi pengetahuan di kalangan masyarakat Jawa dan preservasi budaya, sehingga bahasa Jawa dan tradisi penulisan Arab Pegon tetap masih terpelihara hingga sekarang.

Buku karya Dr. H. Abdul Mustaqim ini setidaknya telah menegaskan bahwa Kiai Sholeh Darat telah memberikan kontribusi akademik dalam pengembangan kajian Tafsir al-Qur’an di Nusantara. Secara khusus, buku ini mengeksplorasi tafsir al-Fatihah yang dilakukan oleh Kiai Sholeh Darat. Eksposisi nalar Kiai Sholeh Darat dalam surah al-Fatihah ini, seperti mengapa huruf ba’ pada bismillh ditampakkan, justru tidak langsung dikatakan ismillh. Mengapa pula ayatnya berbunyi:

iyaka na’budu wa byyka nasta n? bukan iyyka a budu wa iyyaka asta ‘in? Mengapa kita disuruh baca ‘amien” setelah selesai baca Surat al-Fatihah? Semua penjelasannya, silahkan baca di

buku ini.

Ulasan

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Tafsir Jawa Eksposisi Nalar Shufi-Isyari Kiai Soleh Darat”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *